Pages

I'M THE GENIUS

Test Footer 2

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Template Information

Selasa, 07 April 2015

Why I choose a management?

I choosing management majors because everyone needs in the management of his life, such as how one set time. In management we are taught how to organize, lead a company, make decisions and many more. Management also has a good chance of a job because of course all companies need a good manager.Firstly i wanted to learn about management because of my hobby to playing game. I love to play strategy games like Harvest Moon. The game is made we should be able to divide their time between work, socialize with residents and achieve the target in the game. This case also shows that everyone needs good management in his life.And finally I choose college in management Gunadarma University since 2011. I learned a lot about management, economics, finance and accounting few things about. I also learned to work in teams, about marketing and writing a scientific paper.

Minggu, 30 November 2014

Kejahatan Korporasi


Pembakaran Hutan Kejahatan Korporasi


Rabu, 05 Maret 2014 Penulis: Syarief Oebaidillah/SW/BG/RK/X-5
TUJUH helikopter dan satu pesawat Cassa 212-200 mengudara di lokasi yang paling parah mengalami kebakaran hutan dan lahan, di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, kemudian di Tanjung Batu Bengkalis, dan di Pelalawan. Delapan pesawat itu kemudian menjatuhkan bom air (water bombing).

Kebakaran hutan dan lahan yang memicu kabut asap secara meluas tidak terjadi kali ini saja. Peristiwa itu bahkan acap kali terjadi secara rutin setiap tahun.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan kasus kebakaran hutan bukan bencana alam, melainkan kejahatan korporasi. ''Ini kejahatan terencana dan terorganisasi yang melibatkan pemerintah dan para pemegang konsesi lahan,'' kata Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Walhi Nasional Zenzi Suhadi didampingi pengurus Walhi Riau Rico Kurniawan dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Zenzi mengingatkan kasus kebakaran hutan terulang pada tahun ini karena solusi yang ditawarkan Walhi Nasional pada 2013 untuk penegakan hukum terhadap 117 perusahaan tidak dilakukan.

Penangkapan, kata dia, hanya dilakukan kepada masyarakat kecil. ''Penegakan hukum harus mulai dilakukan terhadap pejabat penerbit izin, konsultan amdal, dan pemilik perusahaan,'' tegasnya.

Dia menyayangkan sikap saling lempar tanggung jawab antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian.

Menurut dia, di wilayah Kemenhut ada 1.000 lebih titik api dalam kawasan hutan tanaman industri, sedangkan di perkebunan kelapa sawit lebih dari 500 titik api.

Secara terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut kebakaran hutan di Riau merupakan kejahatan serius.

''Harus ada terobosan radikal pada aspek penegakan hukum karena terus berulang-ulang dan dampaknya sangat besar," ujar Kepala Bagian Humas BNPB Sutopo.

Menurut dia, langkah yang diambil BNPB dalam kasus kebakaran tersebut sebatas mengantisipasi dampak, seperti asap.

''Itu ranah kami sebagaimana amanat UU No 24 Tahun 2007,'' tuturnya. Ia pun mengatakan modus kebakaran hutan merupakan langkah yang murah secara ekonomi.

Pasal berlapis


Mengenai pelaku pembakaran hutan dan lahan, Kepolisan Daerah Riau akan menjerat dengan pasal berlapis de ngan penjara minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun.

Empat undang-undang akan dikenakan, yakni UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, UU 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, dan Pasal 187 UU Hukum Pidana. ''Para pelaku pembakaran hutan dan lahan juga diancam bayar denda Rp15 miliar,'' kata Kepala Bidang Humas Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo.

Sejauh ini, pihak Polda Riau telah menetapkan 29 orang sebagai tersangka pembakaran lahan, dua di antara mereka masih buron. Data Tim Tanggap Darurat Penanggulangan Kabut Asap di Riau menyebutkan luas lahan yang terbakar di Bumi Lancang Kuning lebih dari 20 ribu ha.(*)

sumber berita : http://www.mediaindonesia.com/hottopic/read/208/Pembakaran-Hutan-Kejahatan-Korporasi/2014/03/05

Tanggapan berita:


Dalam hal ini tentu pemerintah harus bersikap tegas, tidak hanya memangkap para pembakarnya saja, tapi juga para pengusaha-pengusaha hutan yang berbuat nakal. Penegak hukum juga harus mulai dilakukan kepada  pejabat yang memberi izin, konsultan amdal dan tentunya pemilik perusahaan. Akibat dari kebarakaran hutan ini, menyebabkan kabut asap sampai kenegara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei. Mengganggu aktivitas warga diluar ruangan, rusaknya lingkungan, bisa juga menjadi penyebab kecelakaan di jalan raya akibat kurangnya jarak pandang akibat kabut asap,dan juga menyebabkan gangguan kesehatan pernapasan.
 

Rabu, 12 November 2014

pelanggaran etika bisnis



Pelanggaran terhadap etika bisnis (terhadap stakeholder)
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan.
Ada berbagai pendapat mengenai definisi Stakeholder menurut para ahli seperti :
·         Freeman (1984), mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.
·         Biset (1998), secara singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.
·         Grimble and Wellard (1996), mendefinisikan stakeholder dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi. Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner, pesaing dan lain-lain.

Dalam hal ini akan membahas pelanggaran etika bisnis, antara perusahaan sepeda motor Honda dan Yamaha. Kedua perusahaan sepeda motor terbesar di Indonesia ini saling serang dan menjatuhkan satu sama lain. Berikut beberapa contoh pelanggaran yang dilakukan kedua merek sepeda motor tersebut:
 
  1.      Honda CB150R cuma tembus 35,7 Km/ liter versi KLH pada poster Yamaha New Vixion di bengkel Yamaha.

Dalam gambar tersebut terlihat jelas bahwa Yamaha membandingkan produknya dengan produk Honda, dan menyudutkan produk Honda bahwa produknya boros.

2.      Iklan adu otot Rangka Deltabox VS rangka Diamond pola Tralis di Palembang.

Dalam gambar tersebut terlihat jelas bahwa Yamaha membandingkan produknya dengan produk Honda, dan menyudutkan produk Honda, bahwa chasis produk motor Honda tidak berkembang. Digambar tersebut terlihat motor Honda yaitu Honda CB pada gambar pertama, lalu Honda Megapro Primus kemudia ada New Megapro dan yang terakhir ada CB150R.

3.      Tanggapan bengkel Honda akan brosur injeksi Yamaha Vs Honda


Dalam gambar tersebut memang Yamaha hanya memberikan inisial untuk produk pesaing namun ada tertulis “PGM-Fi” yang adalah teknologi dari Honda.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Review Jurnal



1.Judul Jurnal        : Etika Organisasi: Upaya Penumbuhan Komitmen
Penulis                   : Ivor Hubertus Soegijo, Teguh Wijaya Mulya, dan Artiawati Mawardi
Penerbit                 : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Lokasi                    : Surabaya
Edisi                       : No. 2 / Vol.22 / January 2007
Subject               : etika dalam organisasi, tenaga penghubung lapangan (field force), komitmen, career entrenchment
Abstract                : Perusahaan yang bergerak di bidang tembakau banyak mengalami masalah yang berkaitan dengan kecurangan dari mitra kerja (petani). Untuk mengatasi itu dibentuklah tenaga penghubung lapangan yang dijuluki field force. Penerapan etika dalam relasi kerja tenaga lapangan dan petani telah menumbuhkan komitmen dalam bekerja, Penelitian ini berusaha mengeksplorasi apa yang diperlukan untuk membangun etika dan bagaimana cara melakukannya. DaJam penelitian kualitatif eksploratif ini dilakukan wawancara dan observasi pada manajer, empat orang tenaga lapangan, dan empat orang petani. Keberhasilan penerapan etika dalam organisasi dapat dipengaruhi oleh spiritualitas, latar belakang budaya, dan pengalaman hidup. Adanya etika dalam organisasi dapat meningkatkan komitmen para field force sebagai penghubung dan para petani sebagai mitra kerja dalam bekerja. Komitmen meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan, mengurangi kecurangan dalam organisasi, serta mengurangi dampak negatif career entrenchment.

2. Judul Jurnal        : PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Penulis                 : Ahmad Kamil , Antonius Herusetya
Penerbit              : Kampus Universitas Bakrie
Lokasi                    : Jakarta Selatan
Edisi                       : No. 1 / Vol.2 / February 2012
Subject                 : pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR), profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, ukuran perusahaan
Abstract               : Studi ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luasnya pengungkapan Corpo- rate Social Responsibility (CSR) dalam pelaporan keuangan perusahaan. Motivasi pengujian karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan CSR dalam studi ini dilandasi oleh temuan pengujian sebelumnya yang masih kurang konsisten. Luas pengungkapan CSR diukur menggunakan skor pengungkapan Global Reporting Initiative (GRI) tahun 2002, sedangkan karakteristik perusahaan diwakili dengan profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan. Dengan menggunakan sampel final sebanyak 82 firm years dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl), dan menggunakan regresi berganda, ditemukan sebagian bukti bahwa karakteristik entitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Kami menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR pada pelaporan keuangan, konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya (rnisalnya, Hackson & Milne, 1996; Sembiring, 2005; dan Prihandono, 2010). Namun profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas tidak terbukti berpengaruh pada pengungkapan CSR. Penjelasan altematif dari temuan ini adalah bahwa regulasi dalam CSR, sebagaimana diatur dalam Undang-undang (UU) No 40 dan UU No 25 tahun 2007 turut menciptakan iklim penerapan kegiatan CSR bagi seluruh perusahaan publik secara mandatory dan tidak lagi bersifat voluntary, sehingga karakteriktik perusahaan (profitabilitas, solvabilitas, maupun likuiditas) diduga menjadi kurang relevan terhadap tingkat pengungkapan CSR.

3.Judul Jurnal : ANALISIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA DENGAN ETIKA KERJA ISLAM SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI PADA KARYAWAN TETAP BANK JATENG SEMARANG)
Penulis               : AYUDIYATI, Soraya Eka and NUGRAHENI, Rini (2010)
Penerbit              : Universitas Diponogoro
Lokasi                 : Semarang
Edisi                   : Oktober, 2010
Subject                : locus of control, etika kerja islam, kinerja karyawan
Abstract           : Penelitian ini dilatar belakangi dengan munculnya globalisasi yang menurut Anthony Giddens dalam Runaway World (2001) dan Francis Fukuyama dalam The Great Disruption (2002) yang berpendapat bahwa dengan adanya globalisasi struktur sosial masyarakat menjadi kacau balau dan peran agamapun menjadi nihil terbukti dengan banyaknya kriminalitas, bunuh diri (suicide). Hal tersebut dikarenakan melemahnya locus of control masyarakat terhadap dirinya sehingga melemahkan etika-moral mereka. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui kebenaran etika kerja islam yang berpengaruh terhadap locus of control dan kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu locus of control (X1), variabel moderating yaitu etika kerja islam (X2),dan kinerja karyawan sebagai variabel dependennya (Y). pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode kuesioner yang disebar kepada 100 orang karyawan tetap Bank Jateng Semarang yang memeluk agama islam dengan menggunakan purposive sampling. Sedangkan analisis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan SPSS 13.0 for windows. Hasil analisis regresi dan uji t dapat diketahui bahwa variable locus of control dan variable etika kerja islam berpengaruh positif terhadap variable kinerja karyawan. Hasil koefisien determinasi R2 dari variabel etika kerja islam adalah 25,6%. Hal ini berarti variabel moderating tersebut mampu menjelaskan 25,6% variasi sementara variasi lainnya yaitu sebesar 100% - 25,6% = 74,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Selasa, 10 Juni 2014

Puisi

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini Karya Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
1966

Senin, 09 Juni 2014

Resensi Buku


Keterangan Buku:

Judul Buku: Little Mice Game Over

Cerita dan gambar: Muhammad “Mice” Misrad

Penerbit: Octopus’s Garden

Terbit: Oktober 2013 (Cetakan Pertama)

Tebal: 112 hlm.

                                                                ISBN: 978-602-98960-7-7

 Om Mice, kembali membuat cerita. Kali ini edisi Little Mice. Kayaknya ini bakal ada seri selanjutnya. Soalnya ini ada tulisan volume 1, jadi bakal ada volume 2, 3, dan seterusnya.

Di komik ini dijabarkan banyak permainan tradisional dan gambaran anak-anak pada masa itu. Salah satu yang yang dibahas adalah TEMBAK-TEMBAKAN KAYU. Material yang dibutuhkan untuk membuat tembak-tembakan kayu ini adalah kayu papan, penggaris, gergaji, penghapus, pensil, dan karet gelang.

Dulu, makin banyak teman, tandanya makin eksis. Teman di sini adalah teman dunia nyata, dimana kebanyakan permainan jaman dulu membutuhkan banyak teman, didominasi permainan berkelompok atau tim. Berbeda dengan anak jaman sekarang, dari batita aja banyak yang udah dipegangin laptop bahkan tab.

Nah, ini permainan yang sepertinya anak jaman  sekarang (mungkin) masih merasakannya. Gundu atau kelereng. Dalam permaian ini sangat mengandalkan keterampilan jari-jari tangan, kejelian dan akurasi yang matang. Banyak jenis-jenis permainan dalam gundu: apollo, lingkaran, segitiga, tulang ikan, pal-palan dan segitiga.

Ada beberapa istilah dalam permainan gundu:
1.       Stik: gundu lawan menjadi milik kita bila berjarak sejengkal dengan kita
2.       Jus: mengenai dua kelereng lawan sekaligus
3.       Tipis/ Tilis: mengenai kelereng lawan tetapi hanya sedikit saja
4.       Stand: menyentil dalam posisi berdiri. Kondisi ini berlaku bila letak gundu kita berada dekat atau menempel dengan dinding/tembok
5.       Gacoan: gundu andalan. Selalu dipakai (untuk menyentil gundu lawan) dalam setiap permainan. Ada kepercayaan, gundu gacoan bisa mendatangkan kemenangan di setiap permainan. Gundu yang menjadi favorit untuk dijadikan gacoan biasanya yang bermotif tidak pasaran dan jarang ditemukan.
6.       Cilem: tidak ikut pasang taruhan (berhutang dulu, gundu sudah habis, yang tersisa hanya gacoan saja)
7.       Gape: jagoan dalam bermain gundu.